Nuh adalah seorang yang mencintai dan memuji Tuhan. Setiap orang lain membenci dan tidak menaati Tuhan. Suatu hari, Tuhan berfirman tentang sesuatu yang sangat mengejutkan. “Aku akan menghancurkan dunia yang jahat ini,” Tuhan berfirman kepada Nuh. “Hanya engkau dan keluargamu yang akan selamat.”
Tuhan memperingatkan Nuh bahwa air bah akan datang dan menutupi bumi. “Buatlah bagimu sebuah bahtera yang cukup besar untuk keluargamu dan banyak binatang,” Nuh diperintah. Tuhan memberikan perintah yang jelas bagi Nuh.
Nuh menjadi sangat sibuk! Orang-orang mungkin mengejek Nuh ketika ia menjelaskan mengapa ia membuat sebuah bahtera. Dia tetap membangun bahtera itu. Dia juga tetap menceritakan tentang Tuhan kepada orang-orang di sekitarnya. Tidak ada seorangpun yang mendengarkan ucapan Nuh. Mereka tidak berhenti berbuat dosa melawan Tuhan. Mereka tidak meminta untuk ikut masuk ke dalam bahtera.
Akhirnya, semua binatang dan burung-burung naik. “Masuklah ke dalam bahtera itu,” Tuhan mengundang Nuh. “Engkau dan seisi rumahmu.” Nuh, istrinya, tiga orang anaknya dan istri-istri mereka masuk ke dalam bahtera. Kemudian Tuhan menutup pintunya!
Kemudian hujan turun. Satu hujan lebat meliputi bumi empat puluh hari empat puluh malam. Air bah meliputi kota-kota dan desa-desa. Saat hujan berhenti, termasuk gunung-gunung yang tinggi juga tertutup air. Segala sesuatu yang bernafas mati.
Ketika air bertambah-tambah, bahtera itu terapung-apung di atas permukaan air. Mungkin gelap di dalamnya, mungkin bergelombang, dan mungkin menakutkan. Tetapi bahtera ini melindungi Nuh dari air bah.
Setelah lima bulan air bah itu, Tuhan mengirimkan angin kering. Perlahan, bahtera itu terdampar di sebuah gunung tinggi bernama Ararat. Nuh masih tinggal di dalam selama empat puluh hari lagi sampai air menyusut.
Nuh mengirim seekor burung gagak dan merpati keluar dari jendela bahtera. Karena tidak menemukan tanah yang kering untuk tumpuan kakinya, burung merpati itu kembali kepada Nuh. Satu minggu kemudian, Nuh mencoba lagi. Merpati itu kembali dengan setangkai daun zaitun di paruhnya. Minggu berikutnya Nuh tahu bahwa bumi sudah kering sebab merpati itu tidak kembali.
Tuhan berkata kepada Nuh inilah waktunya untuk meninggalkan bahtera. Bersama-sama, Nuh dan keluarganya melepaskan binatang-binatang itu.Betapa senangnya perasaan Nuh pada saat itu. Dia membangun sebuah altar dan memuji Tuhan yang sudah menyelamatkan dia dan keluarganya dari air bah yang mengerikan itu.
Tuhan memberikan satu janji yang luar biasa kepada Nuh. Tidak akan pernah lagi Tuhan mengirim air bah untuk menghakimi dosa manusia. Tuhan memberikan satu peringatan untuk janjiNya. Pelangi itu menandai janji Tuhan.Nuh dan keluarganya menemukan permulaan baru sesudah air bah. Pada waktu itu, keturunannya akan memenuhi seluruh bumi. Semua bangsa di dunia ini berasal dari keturunan Nuh dan anak-anaknya.